Likumahwa : “Orang Beriman adalah Mereka yang Merespons Keadilan Allah Dengan Menegakan Keadilan dalam Hidupnya”

pembukaan

Tifu – Gedung Gereja Maranatha Jemaat GPM Tifu-Waekonit penuh sesak (23/10/2016) dalam ibadah minggu sekaligus pembukaan Kongres Istimewa ke-3 dan Musyawarah Pimpinan Paripurna AMGPM ke -29. Ibadah yang dikonsepkan dalam nuansa budaya orang Bupolo ini terasa khusyu ketika lantunan lagu GPM dari tanah berawa ini dilantuntan dan diwarnai tari – tarian tradisional di dalamnya.

Pdt. G. Likumahuntitled-1wa dalam refleksinya berdasarkan Keluaran 23 di pagi itu mengatakan: “Gambaran keledai yang terjatuh berkonotasi kepada kehidupan sesama yang berada dalam ancaman kehidupan. Saat ini banyak kasus broken home, pemuda putus cinta, gagal karir, depresi yang menjadi beban dan perlu mendapat perhatian AMGPM. Manusia mendapatkan hakekatnya sebagai makhluk Allah ketika nafas kehidupan dihembuskan, begitu pula AMGPM yang telah hidup karena telah diberi nafas dari Allah dan diberi kesempatan untuk  berkarya dalam masa muda. Untuk seluruh kesempatan itu, Allah akan bertanya berapa besar peranmu? dimana aksimu untuk  menegakkan keadilan sosial dan keadilan ekologi?. AMGPM perlu diingatkan bahwa peran itu perlu dinyatakan dan dialami sebagai transformasi nafas kehidupan yang telah diterima karena sesungguhnya orang beriman adalah orang yang merespons keadilan Allah dengan menegakan keadilan di dalam kehidupannya”. Ketua Klasis Teluti ini juga mengingatkan bahwa Kongres ke – 3 dan MPP ke – 29 ini merupakan moment evaluasi bagi pengembangan AMGPM ke depan. AMGPM membutuhkan perhatian dari luar, namun AMGPM juga harus memberikan perhatian pada diri sendiri. Pembersihan hidup perlu dilakukan, untuk itu AMGPM perlu memainkan peran kembali pada Allah dan kembali pada Firman.

Pdt. E.T. Maspaitella dalam img_2466sambutannya juga mengatakan :” Dengan menggelar event gerejawi di bumi Fuko Bupollo, berati kita memperkuat sejarah gereja di negeri yang berlimpah kasih dan berlimpah berkat Opo Lastallah (Tuhan Allah). Kai Wait menjadi bukti bahwa kesatuan dalam ikatan satu keluarga menjadi lebih penting dari apapun. Saya yakin disini kita harus berkata berhentilah menilai segala hal dari perbedaan sikap dan pandangan karena agama adalah produk kebudayaan dan budaya itu menyatukan hati. Ungkapan ini penting bagi AMGPM karena itu wujud dukungan AMGPM terhadap pelayanan. Dari sini, Maluku, Indonesia dan Dunia akan belajar bahwa bagaimana kesatuan adalah saling menerima dan mengakui bahwa kita adalah satu pancaran kehidupan”. Mantan Ketua Umum AMGPM ini juga berharap sinergitas AMGPM, GPM, Pemerintah dan seluruh stakeholders dapat mendorong advokasi sosial dan lingkungan demi keadilan sosial dan keadilan ekologi dan semakin dapat  menjawab soal – soal praktis dalam kehidupan jemaan dan gereja.

(GP)