Hatu – Syukuran HUT ke – 84 AMGPM di Daerah Pulau Ambon Utara menjadi special dengan kehadiran pelaku sejarah awal AMGPM. Eliza Risamasu (Opa Za) salah seorang kader AMGPM di masa – masa awal yang saat itu masih bernama ‘Persekutuan Pemuda Kristen Masehi (PPKM)’. Uban rambutnya mengigatkan saya bahwa sedang berhadapan dengan pelaksana pelayanan yang berpengalaman. Perbincangan lupa waktu pun terjadi dari topik kemenangan bangsa Belanda atas Protugis di Maluku yang berdampak pada munculnya agama Kristen Protestan, hingga lahirnya GPM dan PPKM.
“Ada yang hilang dari pelayanan pemuda gereja saat ini” – keluh kakek 85 tahun dengan ingatan yang masih segar ini. Pelayanan PPKM dulu didasarkan pada Kristus, ya Kristus itu dasar pelayanan kami. Mungkin karena pengaruh belanda, kami harus serius memaknai pelayanan itu dan karena dasar itu, kami bisa berjalan bermil – mil jauhnya wilayah pelayanan kami untuk melaksanakan pelayanan tanpa keluh. kami hanya meyakini, kami berjalan karena Kristus. Tak kurang dari kami dapat menyembuhkan orang sakit hanya dengan doa dan air putih karena obat kami adalah keyakinan. Wilayah pelayanan AMGPM saat ini telah dibagi – bagi lebih kecil seturut Klasis, Jemaat bahkan sektor pelayanan. Namun masih ada keluhan dan persungutan. Mabuk – mabukan, judi, sikap apatis menjadi jiwa anak muda saat ini, lalu pemuda gereja terkesan kurang peduli. Masing – masing kader / jenjang hanya mementingkan kepentingan sendiri. Entah apa dasar dari pelayanan pemuda masa kini” – penilaian pelayan senior ini.
Penilaian lanjutan ia ungkapkan tentang sinergitas sejumlah jenjang organisasi. “Opa seng bilang semua, tapi kebanyakan AMGPM seng mau kerjasama deng gareja lai. Dong atur jalan sandiri, itu kurang bagus” – tutur polosnya dalam bahasa ibu. Hal ini menunjukan kesedihan para pendiri AMGPM atas prilaku sejumlah kader yang memandang AMGPM yang memiliki AD/ART sendiri hingga menjadi komponen bebas dari gereja. Namun dirinya mengakui itu hanya sebagian kecil yang ia lihat. Gereja adalah ibu dari AMGPM, maka pantaslah seorang anak harus berbakti dan berjuang bersama ibunya.
Di ujung perbincangan kami, harapan pun ia sampaikan; “Opa cuma ingin, AMGPM kembali ke jati diri. Kristus harus jadi dasar pelayanan dan organisasi. Kalau Kristus itu dasar, maka seng akan ada keluh deng sungut. Banyak anak muda yang jatuh dalam dosa, bantu gereja angkat teman – teman itu. Kerjakan panggilan itu voor Antua pung nama berkat itu Antua siapkan. Ingat !!!, Kristus harus jadi dasar” –tutup Opa Za di ujung malam itu. (GP)