Poka – AMGPM sebagai salah satu kekuata Allah untuk meneruskan karya pernyataanNya perlu merenungkan pertanyaan: Sejauh mana AMGPM memainkan perannya untuk merawat, memulihkan, memberdayakan kader, sesama dan alam ini? Ini penting karena bila pertanyaan itu tidak direnungkan dan dimaknai, maka perayaan perjalanan AMGPM ini akan kehilangan spirit dan energi untuk mewujudkan perubahan yang lebih baik – kata Pdt. H. Siahay membuka refleksinya dalam syukuran Natal sekaligus HUT ke- 4 AMGPM Daerah Pulau Ambon Utara (Dapatra), di gedung gereja Bethesda – Jemaat GPM Poka kemarin (31/1/2017).
Keluaran 6 : 1 – 12 menjadi landasan dalam refleksi berapi – api sang Ketua Majelis GPM Poka. “Saya membagi pembacaan ini menjadi tiga bagian besar untuk ditelaah. Ayat 1 – 4 menjadi pesan pertama tentang pernyataan Allah sebagai Tuhan dalam realitas peran yang sungguh – sungguh dilakukanNya. Allah yang mengutus Musa dan mengutus AMGPM bukanlah Allah yang berdiam diri. Ia adalah Tuhan yang terus bekerja untuk mendatangkan keselamatan. Oleh sebab itu, seluruh pergerakan pelayanan AMGPM haruslah berbasis pada pengenalan yang benar akan Tuhan. Kita harus menyadari bahwa; kita melayani, karena Tuhan yang mengutus kita juga melayani. Karena itu, baiklah seluruh pelayanan itu harus mampu menolong orang – orang yang kita layani untuk dapat melihat dan merasakan Tuhan. Jika orang yang kita layani tidak dapat melihat dan merasakan Tuhan, maka sesungguhnya pelayanan kita memiliki masalah yang harus disadari. Semua orang haruslah melihat dan merasakan Tuhan dalam gerakan pelayanan AMGPM, karena itu Tuhan harus menjadi tujuan dari tugas pelayanan AMGPM”.
Bagian kedua dari teks (ayat 5-8) tentang apa yang akan dilakukan Allah dalam kepemimpinan Musa. Dalam hal ini, Musa tidak melakukan pelayanan dalam zona yang hampa melainkan dalam realitas penderitaan yang dialami bangsa Israel. Dalam kondisi itu, Musa harus merumuskan strategi untuk memulihkan bangsa yang dipimpinnya itu. Saat ini, AMGPM juga dihadapkan dalam gumulan besar dalam dunia ini. Maka pertanyaan pun muncul; Sejauh mana AMGPM memainkan perannya ditengah – tengah ancaman HIV AIDS? Sejauh mana AMGPM memainkan perannya ditengah – tengah dunia yang rentan dengan tindak kekerasan? Sejauh mana AMGPM memainkan perannya ditengah krisi lingkungan yang akut saat ini? Sejauh mana AMGPM memainkan perannya ditengah kejahatan media yang semakin merebak? Sejauh mana AMGPM memainkan perannya ditengah ancaman narkoba dan orang – orang muda menjadi pelaku kejahatan itu? Sejauh mana AMGPM memainkan perannya membangun sensifitasnya pada isu- isu global. Di perayaan HUT AMGPM Dapatra yang ke – 4 ini, pertanyaan tadi harus menjadi gumulan yang serius untuk menata kekuatan gereja berkarya di tengah masyarakat. AMGPM yang memuliakan Tuhan bukan sekedar sibuk dalam ibadah ritual, renungan, dan pujian padahal di luar sana dunia mengalami perubahan dan memerlukan aksi nyata AMGPM. Karena sesungguhnya, ibadah adalah energi yang kita butuhkan justru untuk melayani Tuhan secara nyata di dunia ini”.
Hal ketiga (ayat 8-12) menunjukan tentang tantangan internal Musa yang juga menjadi bagian dari pelayanan AMGPM. Tantangan internal cenderung membunuh karakter AMGPM. Namun sebagai utusan Allah, patutlah kita sadari; dunia ini memerlukan sentuhan kita, karena itu AMGPM harus berubah, harus berani menyelesaikan tantangan internal itu. Jika kita ingin menjadi besar, selesaikanlah tantangan kecil yang menjadi hama dalam pelayanan kita“ – tutup Pendeta berkharisma itu.
(GP)